Senin, 03 Februari 2014

Perjalanan Panjang Terbayar Soto Gading di Solo

Setelah "sadar" dari car lag semalam, saya mau berbagi cerita tentang akhir pekan panjang kemarin. Sebenarnya, saya dan suami tak ada rencana untuk ke luar kota di libur Tahun Baru Imlek yang cukup lama, 3 hari, itu. Dia mau mengerjakan laporan yang segunung dari kantornya, sementara saya berencana nonton Comic 8 dan cuci mata ke toko buku saja, di sela-sela lemburnya. Tapi mendadak, Kamis sore, dia kirim pesan via bbm minta saya untuk packing. Kami akan pergi ke Solo, asal suami, malam itu. Nite traveling, yeaay! Teman sekantornya ada yang mengajak pulang bareng ke Solo, pasalnya kehabisan tiket pesawat dan tahu bahwa naik bus juga akan berebutan dengan ratusan ribu orang. Ya, karenali libur panjang.
Berangkat pukul 10 malam, jalanan padat namun tetap lancar awalnya. Sampai di daerah Kertosono, perjalanan mulai tersendat. Lalu, akhirnya benar-benara mandeg di daerah Sukomoro, Nganjuk. Ada kecelakaan rupanya, mobil menabrak jembatan. Macet juga terjadi karena banyak kendaraan yang memenuhi arus berlawanan. Setelah sejam tak bergerak, akhirnya kami terbebas dari macet dan melanjutkan perjalanan. Saya duduk di belakang, lumayan bisa memejamkan mata, meskipun jalanan tak rata. Ya, hampir 85 persen jalan dari Surabaya menuju Solo (lewat Saradan, Caruban) kondisinya tak nyaman untuk dilewati. Ada yang bergelombang, tak rata, bahkan lubang. Bahkan, bisa jadi beberapa ruas jalan justru bisa menjadi petaka bagi penggunanya :(
Kami sempat berhenti di rumah makan pagi sore Surya di Saradan sekitar pukul 3.40 pagi. Kemudian bertemu matahari terbit di perbatasan propinsi, Ngawi-Sragen. Si suami yang membawa mobil sejak berangkat akhirnya menyerahkan kendali ke temannya. Saya tidak termasuk dalam daftar sopir jika ada suami. Senang sih, tapi kadang ingin gantikan dia juga yang kecapekan :) Oiya saya sempat ambil foto matahari yang terbit, meski sudah agak tinggi, dan langit mendung di sini.
Akhirnya perjalanan yang seharusnya 6,5 jam itu, menjadi 9 jam. Sekitar pukul 7 pagi, kami masuk Kota Batik itu. Mengantarkan teman suami ke rumahnya, kami pun menjemput sepupu suami yang juga baru saja sampai dari Jakarta dengan bus malam. Pas banget!
Kembali bertiga, sarapan jelas jadi tujuan. Meskipun, beberapa jam lalu sudah makan rawon, saya sudaha lapar lagi :p Suami pun mengajak kami sarapan ke salah satu ikon kuliner Solo, Soto Gading. Belum jam 8, tapi tempat makan itu sudah ramai pengunjung. Tak dapat tempat di Soto Gading 1, kami bergeser ke Soto Gading 4, tempatnya berjarak dua rumah saja. Tapi, namanya juga tempat makan terkenal, begitu pesanan kami datang, berduyun-duyun puluhan orang masuk. Untung saja tempatnya luas, semua dapat duduk deh :)
Berkat soto berkuah bening dengan rasa maknyus ini, perjalanan 9 jam yang melelahkan sedikit terbayar :) Apalagi ada aneka lauk yang tak kalah enak, mulai dari tempe goreng pipih sampai dadar telur isi daging manis. Asli, pengen nambah terus! *sadar mbak sadar* Segelas teh hangat, menutup makan pagi memuaskan Jumat itu. Menuju rumah mertua di Sukoharjo, 45 menit dari Solo, jalanan lancar. Kami pun disambut dengan senyuman dan makanan buatan ibu. Guess what the menu! Yak, soto ;D kami bertiga pun saling pandang sambil senyum-senyum. (ik)


    Sunrise di perbatasan Jatim-Jateng. 

    The famous Soto Gading, kuah bening segar nan sedap. 

    Pemandangan mewah di sebelah rumah mertua di Sukoharjo. 

Jumat, 24 Januari 2014

Pisang Goreng

One of famous fried snack in Indonesia is banana fried alias pisang goreng. Bahannya mudah didapat, bisa petik di belakang rumah pisangnya :p, caranya pun mudah. Pisang yang biasa saya gunakan jenis kepok, rasa manisnya pas. Meskipun gampang, tapi saya juga pernah nggak berhasil membuat pisang goreng hehehe... Tapi resep yang mau saya bagi ini sudah disempurnakan (semacam EYD :p) sehingga hasilnya pisang goreng dengan rasa manis dan renyah. Pas jadi kudapan menemani teh dan cokelat hangat, yumm!

Pisang Goreng

Bahan:
- 10 buah pisang kepok, kupas, iris sesuai selera
- 100 gr tepung terigu
- 50 gr tepung beras
- 100 gr gula pasir
- vanili essence secukupnya
- garam sejumput
- air 
- minyak goreng
Cara memasak: 
1. Campur tepung terigu, tepung beras, gula pasir dan garam. Tambahkan air, aduk hingga merata. Pastikan adonan tidak terlalu kental dan tidak terlalu cair. 
2. Masukkan vanili essence, aduk, kemudian masukkan pisang dan selimuti semua bagiannya dengan adonan. 
3. Panaskan minyak goreng di atas api sedang, lalu goreng pisang hingga kecokelatan dan garing. 

Resep Ayam Goreng Ungkep

Cooking time! Saya ingin membagikan resep ayam goreng ungkep yang sudah banyak dikenal. Resep hasil uji coba sendiri ini mungkin tak berbeda dengan yang Anda punya, atau justru sebaliknya. Setelah jadi ayam goreng, rasanya gurih sampai ke tulang, pas dimakan dengan nasi hangat dan sambal terasi, yumm! Nggak percaya? Coba saja ;) 

Bahan: 
- Ayam kampung 1/2 ekor, cuci bersih dan potong-potong
- Minyak goreng untuk menumis dan menggoreng ayam
- Serai 1 batang, memarkan
- Lengkuas seukuran 2 ibu jari, memarkan
- Daun jeruk purut 4 lbr
- Daun salam 3 lbr
- Daun bawang 2 batang, iris kecil
- Air 1 liter 
Bumbu yang dihaluskan:
- Bawang merah 5 butir 
- Bawang putih 5 siung
- Merica 1 sdt
- Ketumbar 1/2 sdt
- Kunyit seukuran ibu jari
- Jahe seukuran ibu jari 
- Garam 2 sdm 
- Gula 1/2 sdt 
Cara memasak: 
1. Panaskan minyak goreng, masukkan bumbu yang sudah dihaluskan, tumis hingga harum. Masukkan serai, daun jeruk, daun salam dan irisan daun bawang. 
2. Tuang air, aduk rata, kemudian masukkan potongan ayam. Masak hingga kuah bumbu meresap dan ayam empuk (minimal 45 menit). Ayam ungkep siap digoreng. 
3. Goreng ayam ungkep dengan minyak goreng yang cukup hingga kecokelatan. 




Kamis, 23 Januari 2014

Being (House) Wife: Tak Semati Gaya yang Disangka

Apa esensi menjadi istri? Sepertinya akan lebih dari sekedar perempuan yang mendampingi suami. Sejak dulu saya tahu bahwa saya akan menjadi "orang rumahan" setelah menikah. Meskipun, aktivitas yang pernah saya lakoni dan karakter saya mengatakan sebaliknya. Saya menyukai kegiatan <em>outdoor</em>, tapi bukan berarti tidak betah di rumah. Saya tak bisa diam, selalu aktif berkegiatan sosial, tapi bukan berarti saya tidak bisa menikmati duduk santai menikmati musik, buku, dan film. Saya selalu bisa menguasai diri dan keadaan, memimpin dan mengorganisir, namun bukan berarti saya tidak bisa dipimpin orang lain.
Seperti semua manusia, saya juga memiliki kemampuan beradaptasi -yang lumayan bagus. Bahkan, bisa dibilang tinggi (narsis yaa :D). Saya yang biasa tidur nyaman di kasur, pun bisa sama pulasnya ketika harus tidur di bak truk di jalanan bergelombang, di bawah terik matahari. Saya yang memuja kebersihan, tak jijik pula ketika harus meminum air dari kolam berpasir berwarna sedikit cokelat. Tombol "mode" di otak saya sepertinya bekerja optimal. Jadi bisa diganti-ganti kapan saja tanpa kendala. Saya selalu nyaman di setiap keadaan, kecuali lapar dan ingin buang air. :p
Dan demikian juga ketika mendapatkan status baru sebagai istri seseorang yang sangat saya cintai. Saya bisa dengan santai melepas pekerjaan yang saya tekuni berdasarkan hobi. Berpisah dengan "kebebasan" seorang lajang. Saya sudah menanti peran baru ini, bahkan sebelum saya tahu apa esensi menjadi istri. 
Beberapa bulan menjadi istri, saya memiliki rutinitas baru. Tentunya berbeda dengan sebelumnya, namun tanggungjawab yang saya miliki lebih besar. And gues what, I'm still alive! :) 
Suami saya bertanggung jawab sepenuhnya atas diri saya, dan saya pun memiliki andil sebagai orang yang bisa mewujudkan dia melakoni tanggung jawabnya tersebut. Sebuah lingkaran tanggung jawab yang (kadang) beberapa teman mengeluhkannya. 
Menjadi istri yang tak bekerja kadang menjadi momok bagi beberapa perempuan. Apalagi jika sebelumnya dia adalah seorang perempuan karier. Merasa mati gaya ketika harus diam di rumah. Saya juga sempat terpikir hal yang sama. Tapi, ternyata <em>nggak</em> se-mati gaya itu, <em>kok</em>! Pekerjaan domestik alias "pekerjaan rumah" bisa jadi kegiatan yang menyenangkan. Agar tak bosan, mengacak waktu atau memberikan spasi pada setiap kegiatan mungkin bisa dilakukan. Saya juga masih bisa melakukan hobi yang lain, seperti menulis dan fotografi.  Bonusnya, saya lebih punya banyak waktu untuk jalan bersama teman, menikmati film, buku, musik, dan sosial media hehehe.. jadi kalau dulu "me time" hanya seminggu sekali, sekarang setiap hari saya punya "me time"! Plus bisa belajar banyak hal baru. :)

So, just have fun and enjoy being housewife! (ik)